Fungsi Gereja Koinonia

KOINONIA (Bersekutu)

Gereja sebagai Koinonia adalah tubuh Kristus, dimana semua orang percaya menjadi satu dan satu di dalam semua oleh Kristus (1 Kor.12:26). Persekutuan koinonia itu dialaskan atas dasar Firman Allah, Baptisan dan Perjamuan Kudus. Dengan dasar itu pulalah anggota gereja saling memperdulikan dan dikumpulkan bersama dalam Perjamuan Kudus sebagai komunitas yang kudus secara nyata.

Persekutuan koinonia itu bukan hanya merupakan perkumpulan begitu saja, melainkan persekutuan yang bersifat soteriologis (keselamatan). Oleh Roh Kudus, gereja bergerak dinamis menuju akhir, yaitu penggenapan Hari Tuhan (parusia).

Di dalam persekutuan Koinonia ibadah (workship) berperan merefleksikan kekudusan persekutuan. Ibadah menjadi pusat penyampaian syukur dan terima kasih kepada Tuhan Allah atas seluruh bekat yang melimpah dalam seluruh sisi kehidupan komunitas gereja, misalnya perkawinan, pekerjaan, kesehatan, peningkatan ekonomi, keberhasilan, keselamatan dari mara bahaya, dsb. Semua berkat ini tentunya meneguhkan iman yang patut kita syukuri. Oleh sebab itu, ibadah juga harus merefleksikan komitmen hidup melayani Tuhan dengan perkataan dan tindakan setiap hari.

Dari artikel diatas, kita menangkap bahwa Koinonia bisa dilakukan di rumah bersama Keluarga SETIAP HARI, tidak bergantung pada hari Minggu saja. Dengan demikian Raja segala raja benar2 adalah Tuhan atas hari Sabat.

Di dalam Koinonia terdapat unsur sbb.:

  1. Persekutuan

  2. Ibadah / Penyembahan / Sembahyang

  3. Berita Injil Kerajaan (Firman Allah, Pemuridan dan Pengajaran)

  4. Karya Roh Kudus

  5. Penggembalaan, dll

Poin 1 (Persekutuan) sudah jelas. Dimulai dari 2 pribadi orang percaya dan itu menunjuk kepada Keluarga. Ini bukan berarti perkumpulan besar dilarang, tidak sama sekali. Tapi sekali lagi Esensi Gereja harus kita kuatkan dalam komunitas gereja kita, supaya Gereja tidak kehilangan jati dirinya.

• Apa definisi Ibadah?

• Bagaimana kita menjalankan Ibadah yang berdampak?

Mari kita simak percakapan group Kirbat Baru yang menarik ini:

[11:10 AM, 3/31/2020] +62 818-27x-xxx: Paul Atanta

saya ada pertanyaan masih sehubungan dengan fungsi gereja dan panggilan untuk berdampak.  Memang aspek2 yg dibahas seperti diakonia, koinonia adlah aspek tradisional dari fungsi gereja, banyak dibahasi di PL dan di PB.  Namun dalam jaman sekrg ini, bagaimana dengan aspek2 lainnya yang jarang dibahas di PB, namun sering dibahas di PL, dan sering menjadi perhatian masy dunia.

Aspek2 itu seperti:

– Merawat bumi dan ciptaan

– Memperjuangkan keadilan,

– Membangun usaha/kemakmuran..

Apakah aspek2 tersebut perlu dibahas juga sebagai fungsi gereja, atau bagaimana?

Terima kasih sebelumnya..

Pertanyaan ini muncul, karena, seperti dalam wabah covid sekarang ini, sepertinya ada kesenjangan dengan apa yang dilakukan gereja (pada umumnya) dengan apa yang sedang  diperjuangkan oleh mayoritas dunia..

[12:00 PM, 3/31/2020] Kristian Nawang: 

Menurut saya betul sekali. Seharusnya Gerejalah (komunitas org percaya) yg tampil di depan menjawab isu2 global walaupun mungkin dlm prakteknya bisa dilakukan secara lokal, tp sdh menjadi bagian perjuangan bersama.

Sebenarnya, sudah banyak sekali komunitas gereja yg sudah berdampak. Pasti diantara kita saja, sudah melakukannya dg serius bahkan prioritas. Hanya biasanya gereja yg sudah melakukan ini sebagai gaya hidupnya jarang sekali pasang banner, atau foto2 di medsos😂😁

Masalahnya adalah:

1. Ajaran yg sudah mendarah-daging ttg pembedaan imam dan jemaat awam, rohani dan sekuler, rohani dan duniawi… sehingga akhirnya yg terpikir hanya melulu urusan rohani. Gereja spt tidak berpijak di bumi.

2. Kurang Ilmu tentang tanggap darurat bencana, lingkungan, dan sejenisnya.

Di grup kita ini ada yg saya kenal mempraktekkan gereja rumah, sementara itu beliau pakar (tp gak mau disebut pakar) dan punya jaringan cukup luas utk isu2 tanggap bencana.

Pak Jim Yost sudah mengerjakan ini sejak Tsunami Aceh, juga pak Deky @Deky Junaedi 林德基 … Mungkin krn teman2 seperti mereka tidak setenar HT yg berdasi dan berkhotbah di mimbar2 TV.  Ada yg masih setia  berkhotbah, tapi tetap gigih dan tekun di jalur yg membumi ini.

[12:10 PM, 3/31/2020] Jim Yost: 

Hari ini di kota Sentani Tim Tagana dari GBI (yg dulu paska tsunami Aceh kami bantu latih 1000 tenaga tanggap darurat di kalangan GBI) buat semprotan disinfekant semua gereja di Sentani – dan ini sebelum pemerintah buat sebentar sore di jalan raya saja. — Jadi gereja harus jadi First Responder

Fungsi DIAKONIA sangat nyambung dg KOINONIA.

Biasanya kalau kita bilang IBADAH, maka langsung mindset kita adalah hari Minggu, mimbar, pujian rohani, paduan suara, persembahan, dll.

Padahal Ibadah dan acara ibadah (ritual) itu 2 hal yg berbeda.

Saya mau share di Alkitab PB, banyak sekali kata ibadah, tetapi yg mengejutkan saya adalah HANYA di 3 ayat ditegaskan ttg IBADAH SEJATI atau YANG DICARI OLEH BAPA:

  • Yoh.4:23-24

  • Rom.12:1-2

  • Yak.1:27

Yohanes 4:23 (TB)  Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

Roma 12:1-2 (TB)

1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Yakobus 1:27 (TB)  Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Kalau kita hanya sibuk (bukannya gak boleh, tp seringkali ini jadi yg utama)  mengurus liturgi, urusan dalam terus, gedung, organisasi, dll… maka bisa2 kita mengabaikan panggilan Tuhan bagi dunia yg terhilang.

KOINONIA yang tidak berdampak sebagai Ibadah sejati, bisa-bisa tidak ada bedanya dengan arisan, reunian, dan aneka selebrasi lain…

Masalah2 ekonomi juga harus bisa dijawab oleh gereja. Apakah saudara2 pernah mendengar sistem perbankan non formal (semacam koperasi) yg dibuat lintas komunitas dan terbukti berhasil. Ada jaringan yg terdiri dari puluhan komunitas dari berbagai kota sudah mempraktekkan. Dan yg luar biasa adalah, banyak dari mereka adalah hamba2 Tuhan fulltime.

Soal Persekutuan dan Ibadah Rumah ini kira2 bentuknya bagaimana ya?

Karena kita sudah terpola begitu lama…berabad2… maka kita sudah terlabjur mendefinisikan bahwa ibadah itu ya seperti yg dilakukan gereja2 saat ini. Kebanyakan masih pada tataran RITUAL.

RITUAL (pemberlakuan ritus).

Bisa klik link untuk memahami definisi ritus.

Ritus terkait erat dg liturgi, tata cara.

Kalau kita percaya bahwa kekristenan bukanlah agama (=usaha manusia mencari Allah), melainkan sebaliknya (=usaha Allah mencari manusia… Yoh.3:16); maka SUDAH SEHARUSNYA RITUS HILANG DARI HUBUNGAN KITA DENGAN ALLAH.

Inilah yang harus terjadi dalam Koinonia Gereja Keluarga.

Jangan sampai kita hanya MEMINDAHKAN acara ibadah di gereja ke rumah. Jangan sampai kita melakukannya HANYA hari Minggu. Jangan sampai kita melakukan Gereja Keluarga hanya karena terpaksa bencana Covid19. kalau sudah normal lalu balik lagi seperti biasanya, yaitu KEHILANGAN ESENSI.

HIRARKI KEPEMIMPINAN GEREJA KELUARGA.

Efesus 5:32

Kristus adalah segalanya, sumber dan Kepala segala sesuatu.

Suami adalah Kepala dari Istri. Dan Kristus adalah Kepala dari Suami. Dalam hal ini bicara soal kepemimpinan dalam keluarga.

1 Korintus 4:15

Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.

Model kepemimpinan Gereja Tuhan adalah PEMBAPAAN. Dan penggembalaan mempunyai tugas/fungsi yg sama dengan MENJADI IBU.

1 Tesalonika 2:7, 11-12 (TB)

7. Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

11. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang,

12. dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Semuanya dimulai dari Keluarga. Dan Keluarga yg satu bisa mengajak mereka yang keluarganya sudah tidak utuh lagi, misalnya single parent, anak yatim, anak kos.

Tapi jika diterapkan karea tidak ada keluarga disitu, misalnya komunitas yang hobinya sama, bisa melakukan hal yang sama. Intinya 2-3 orang percaya. Jika Allah hadir berarti akan berdampak.

Lihatlah bahwa Paulus selalu mengambil analogi pola kepemimpinan Keluarga untuk dipraktekkan dalam kepemimpinan komunitas yg lebih besar.

Fathering dan Mothering menjadi roh dari kepemimpinan gereja.

Suami adalah kepala Istri, dan mereka BERDUA memimpin bersama anak2 mereka. Lihatlah kepemimpinan dalam keluarga, apa bedanya dengan kepemimpinan dalam Perusahaan pd umumnya? Ya, walaupun ayah-ibu memimpin, tapi mereka atau salah satu bukan bos atau majikan yg harus dilayani.

Siapa yg paling banyak melayani keluarga? Orangtua atau anak2?

Ya, orangtuanya…

Jadi, kepemimpinan yang masih menempatkan pemimpin sebagai BOS dan bukan PELAYAN adalah BUKAN MODEL KERAJAAN ALLAH.  Disinilah kita paham ketika Yesus berkata, bahwa untuk jadi pemimpin harus menjadi pelayan.

Mengapa saya perlu menjelaskan Hirarki dalam penjelasan Bagaimana Bentuk Persekutuan dalam Gereja Keluarga, karena akhirnya kita bisa memahami bahwa bentuknya SANGAT BERBEDA dengan Ibadah yg kita kenal saat ini.

Dalam Gereja Keluarga:

Pemuridan berlangsung 24jam sehari dan 7hari seminggu.

Ibadah bisa kapan saja dan dimana saja. Tidak ada mimbar, mungkin tidak ada musik yang meriah, semua jadi singers, masing2 bisa jadi Worship Leader bergantian, kalau nyanyinya salah semua bisa tertawa lalu diulangi dari awal juga gak masalah, khotbahnya tidak satu arah, masing2 share dg gaya dan caranya sendiri, ketika membaca Alkitab bergantian, anak yg kecil umur 3 tahun bisa bergelayutan di pangkuan bapak ya manja sambil ikut lihat Alkitab, Roh Kudus yg memimpin, masing2 belajar bertanggungjawab nelakukan kebenaran yg dibaca sama2, dst bisa dilanjutkan panjang…

Intinya model ibadahnya begitu RILEKS, MENYENANGKAN, tapi KUAT DAMPAKNYA. TIDAK ADA ATURAN KAKU. Semua terjadi apa adanya, seperti di kehidupan sehari2. Tidak munafik…krn semua sudah transparan.

Dan maaf saya harus katakan: TIDAK ADA KOTAK PERSEMBAHAN (apalagi yg berapa lapis untuk pembanginan, kas gereja, persepuluhan, dana misi, diakonia, dll.). TIDAK ADA KANTONG KOLEKTE.

Karena di dunia mana Ayah Ibu minta DUIT sama anak2nya? Gak kebalik ya…

Ini yang hilang dari Gereja Tuhan akhir2 ini.

Misalnya, kita lagi duduk2 santai, tiba2 salah satu berkat, mari kita berdoa. Langsung sikap duduk berubah semua jadi rapi, entah darimana menirunya.😄 Kalau pendeta khotbah, gak boleh menyela.

ini perbedaan yang mendasar. Gereja Rumah itu tidak dibatasi waktu, kalau mau dibuat kesepakatan waktu kumpul sama-sama, sesuaikan dengan kebutuhan. Kalau bisa tiap hari, dan semua sdh dirumah, misalnya lakukan makan malam bersama lalu setelah beresin meja makan dan dapur, bisa lanjut doa bareng, baca Firman dan saling evaluasi diri.

Waktu yg khusus juga bisa diminta di saat dibutuhkan, misal Ayah berkata ada hal yg penting, besok Sabtu siang jangan ada janjian lain, semua kumpul di rumah.  atau permintaan dari anak kedua, mau menyampaikan sesuatu pada hari Minggu sore misalnya.

Jadi, sangat fleksibel, mungkin masing-masing Gereja Rumah berbeda dan unik karena memang tidak ada aturan dari sinodenya. Misalnya apakah harus dimulai dengan doa? Tidak harus.  Kan doa itu hubungan dengan Tuhan yang terjadi seperti kita bernafas. Bukan karena lipat tangan tunduk kepala tutup mata lalu baru disebut berdoa.

Apakah HARUS dimulai dengan Pujian Penyembahan? Tidak harus! Jadi TIDAK ADA LITURGI, atau patokan kaku. Karena IBADAH bukan ACARA, tapi KEHIDUPAN.

BAGAIMANA PERJAMUAN KUDUS DILAKUKAN DI GEREJA RUMAH?

Perjamuan Kudus adalah Sakramen penting dalam pengiringan kita kepada Tuhan. YESUS berpesan dan memerintahkan agar apa yang dilakukan pada perjamuan malam terakhirNya dg para murid menjadi PERINGATAN akan pekerjaan, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya. Itulah sebabnya, PK adalah hal yg sangat penting, sebab Yesus dan karyaNya merupakan pusat teladan kita sebagai GerejaNya.

Kegagal pahaman kita tentang sebuah kebenaran seringkali karena kita terlanjur dibentuk dg hal yg keliru.

Perjamuan Kudus yang kita kenal sekarang, yaitu sepotong roti dan sedikit anggur, yang kemudian dimodifikasi menjadi snack bulat gepeng dan esence anggur yang kemudian dijual bebas. Bahkan rotinya ada tulisan ayat2nya.  Lalu kita berpikir bahwa inilah Perjamuan Kudus yang benar, karena memang sudah bertahun-tahun kita dididik seperti ini.

Apakah ada usaha dari kita untuk selalu menyelidiki segala sesuatu dan membiarkan FirmanNya benar-benar murni hidup dalam setiap nafas kita?

Jangan salah mengerti, Saya tidak berkata bahwa cara Perjamuan Kudus seperti itu SALAH. Tidak sama sekali. Jangan salah paham. Perjamuan Kudus seperti itu adalah Perjamuan Kudus secara SIMBOLIK, karena yang dipakai adalah roti dan anggur simbolik.

Namun Perjamuan Kudus yang saya mau share disini adalah Perjamuan Kudus seperti yang Yesus lakukan pada perjamuan malam terakhir, yaitu sbb: Pada malam itu Yesus dan murid2Nya makan malam dalam suasana Paskah, dimana rotinya tak beragi (keras dan biasanya berukuran besar) dan anggur manis. Kedua menu itu adalah minuman sehari2 mereka.

Dalam budaya Yahudi, mereka tidak akan mengajak makan dan minum bersama orang yang dianggap musuh. Itulah sebabnya Yesus menyuruh Yudas Iskariot pergi SEBELUM makan dan minum berlangsung.

Jadi, makanan dan minuman pada Perjamuan Kudus seharusnya makanan dan minuman yang sesungguhnya, bukan simbolik.

Kedua, Perjamuan Kudus adalah tempat pemberesan dosa, kesalahan dan perselisihan. Supaya makan bersama dengan damai sejahtera.

Sekarang BAGAIMANA Perjamuan Kudus INI DIPRAKTEKKAN DALAM GEREJA KELUARGA ANDA?

Jawabannya adalah MAKAN BERSAMA.

Untuk konteks budaya kita, makan bersama keluarga mulai dari persiapan sampai kumpul sama2 dan makan, adalah sesuatu yg asyik. Sebelum berdoa bersyukur, kita harus saling membereskan diri supaya makan dgn nyaman. Kalau hati damai, makan pasti uenakk…

Biasanya saya memimpin makan bersama keluarga dengan doa sbb, “…trima kasih buat Tubuh dan DarahMu ini yg sudah dipecahkan dan dicurahkan untuk menebus kami dari dosa dan maut…”

Saya Percaya, Perjamuan Kudus ini bisa dipraktekkan SETIAP HARI BERSAMA KELUARGA. Maka Keluargamu akan hidup dalam damai sejahtera dan selalu mengingat bahwa KRISTUS adalah PUSAT dan SUMBER bagi keluargamu.

Dengan demikian, Kerajaan Allah datang ditengah2 keluargamu. Allah memerintah… kalau ALLAH BAGI KITA, SIAPAKAH LAWAN KITA?

Selamat mempraktekkan…

[9:40 AM, 4/1/2020]: Mary

Saya sempat berpikir terkait dengan Baptisan, Perjamuan Kudus.Penyerahan Anak, Kematian juga persembahan dan persepuluhan yang biasa kita lakukan di gereja bgm penerapannya di Gereja Rumah? Tolong penjelasan dari Bp Ibu yang sudah berpengalaman dengan Gereja Rumah bagi kami yang baru mau belajar.

Kita mulai dari yang “mudah” dulu…

BAPTISAN

Saya harap diskusi kita tidak terjebak dalam perdebatan doktrin gereja: selam atau percik, boleh baptis ulang atau tidak… nanti bisa panjang sekali..

Kita batasi pembahasan pada konteks praktek Gereja Rumah: siapa yang diperintahkan membaptis? Siapa yang menerbitkan surat baptis? (Karena surat baptis kadang dibutuhkan utk lamaran bekerja dll)….

BAPTISAN DALAM GEREJA RUMAH.

Substansi Amanat Agung, yaitu perintah utk membaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus ditujukan atau diamanatkan UNTUK SEMUA ORANG PERCAYA YANG MENGEMBAN AMANAT INI.

Mat.28:18-20.

(Ternyata ada orang percaya yang tidak mau mengemban amanat ini ya…?)

Disini juga tidak disebutkan apa kriterianya, persyaratannya, dan tidak ada ukuran kualitas, seperti dewasa rohani, penuh Roh, dll…  Maka saya simpulkan saja , bahwa perintah ditujukan untuk orang percaya yang mau melakukan perintah Agung ini.

Orang percaya pelaku Amanat Agung) yang pergi, memuridkan sampai menuntun orang dalam iman, akan sampai pada titik pertobatan dan Baptisan Air. Sebagai bapak rohani, dialah yg seharusnya membaptis org percaya baru itu.

Pertanyaan selanjutnya: bagaimana dengan Surat Baptisnya? Tidak mungkin diterbitkan perorangan ya…hehehe

Hayo bagaimana solusinya…?

Nah… ini nih jawabannya. Pak Rudi, pak Jim, saya dkk, banyak lho yg disini yang adalah gembala-gembala jemaat…

Masalah ini, berlaku untuk Surat Kematian, Surat Penyerahan Anak, Surat Pernikahan, dan urusan administrasi apapun dlm wewenang Organisasi Gereja.

Pada waktu saya mengkoordinir beberapa Gereja Rumah dan ada yang dibaptis di Nabire, lalu dia perlu surat baptis… waktu itu lewat telepon saya hubungi Pak Jim Yost untuk terbitkan Surat Baptis… 1 hari jadi, dan Gratis, malah beliau yang kirim pos ke Nabire… keren kan… gak ada masalah.

Waktu ada yang menikah butuh pemberkatan dan surat Nikah, beliau juga membantu saya….enak kan?

Jadi, TIDAK SALAH jika kita mengambil surat legal dan berada di bawah organisasi legal gereja, tapi taruh saja di laci meja, baru digunakan kalau diperlukan saja.

Tapi praktek pelayanan kita adalah MENGHIDUPI ESENSI dan MEMBANGUN GEREJA SEPERTI YG YESUS MAU.

Jadi, apakah Ayah bisa membaptis anaknya atau tetangga?

Apakah Ayah bisa memimpin upacara kematian kakek?

Apakah Ayah bisa mengkonseling pranikah dan melakukan pemberkatan nikah?

Jawabannya SANGAT BISA. Surat legal-nya tinggal minta kepada beberapa gembala yang sudah ada organisasi resmi dan mereka pun mengerti tentang Esensi dari Gereja untuk menerbitkan surat-surat tersebut.

REVIEW

Gereja Keluarga ternyata bisa mempraktekkan fungsi KOINONIA: persekutuan, praise n worship, doa syafaat, doa puasa, pengajaran induktif, pemuridan, perjamuan kudus.

Tanpa mimbar, bisa tanpa musik, tanpa “pakaian gereja”, tanpa tata cara liturgis, tanpa ritual, tanpa topeng, dan saya cari kotak persembahan atau kantong kolekte TIDAK ADA😁.

Dampaknya:

hati bapak-bapak kembali ke anak-anaknya dan sebaliknya, suami-istri-anak makin intim, ibadah tanpa kemunafikan, apa adanya, genuine, makin fokus dengan Firman, benar-benar terjadi SALING (saling menasehati, saling memperhatikan, saling membangun, dst). Setiap anggota keluarga saling bertanggungjawab dan belajar langsung MEMPRAKTEKKAN FIRMAN.

Dengan demikian salah satu Amanat Agung, yaitu mengajarkan untuk taat melakukan Firman sangat mudah terjadi.

Saya menemukan keunikan disini:

  1. Bagaimana praktek Sakramen-sakramen lain seperti BAPTISAN , PERNIKAHAN, PENYERAHAN ANAK, KEMATIAN?

  2. Bagaimana praktek PEMURIDAN dan PENGAJARAN dalam Gereja Rumah/Gereja Keluarga?

  3. Bagaimana praktek PERSEMBAHAN dan PERSEPULUHAN dalam koinonia Gereja Rumah?

Sekedar mengingatkan: lupakan dulu konsep koinonia dalam gereja gedung yg kita kenal saat ini. Mari kita menggali dari Alkitab secara utuh dan minta hikmat Tuhan bagaimana mendaratkan dalam Gereja Rumah kita?


Kita akan ke FUNGSI dari Gereja yang berikutnya KLIK DISINI

Pembahasan topik ini bisa ditemukan di dalam group Whatsapps Kirbat Baru — tetapi sebelum Anda masuk harap baca dan sepakati terlebih dahulu Community Guidelines

Notes: Beberapa komenentar diambil dari diskusi group Kirbat Baru

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x