PELAYANAN KASIH/ DIAKONIA
Kasih harus dipraktekkan. Dan itulah kekuatan kita yang tidak dimiliki dunia. Kasih meremukkan hati yang keras, membuka mata yang buta, memulihkan luka batin dan kepahitan. Kasih harus menjadi jawaban bagi dunia.
Keluarga memiliki peranan / fungsi penting untuk berbuat Kasih buat sesamanya, tetangganya, lingkungan sekitarnya. Sangat efektif dampaknya. Dan para pemimpin gereja perlu mendorong dan mempercayakan, mendelegasikan tugas dan fungsi kepada setiap Keluarga. Dan ini harus dikondisikan, dipolakan, diajarkan kepada Jemaat. Rumah-rumah Jemaat (kos, kontrak, milik mertua/ortu, maupun milik sendiri) harus menjadi pusat-pusat mini yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk mendemonstrasikan kasih. Institusi Gereja bertugas mengimpartasi visi Kasih, mengkoordinir, memobilisasi sumber-sumber daya, mengorganisasi proyek dalam Keadaan Luar Biasa seperti bencana banjir bandang, gempa bumi, dan pandemik Covid19 seperti yang kita hadapi saat ini.
TINDAKAN KASIH bukan lagi menjadi PROGRAM GEREJA, melainkan GAYA HIDUP KELUARGA ORANG PERCAYA. Efeknya, anak-anak kita sedang dimuridkan, karena melihat teladan orangtuanya. Kita sedang membangun Generasi Baru yang mengalami Kasih Allah, dan bergaya hidup Kasih.
Tentu saja saya memahami ada banyak keluarga yang tidak ideal, suami belum lahir baru, istrinya serius atau sebaliknya, belum lagi banyaknya masalah dalam keluarga. Fakta ini juga tidak bisa dikesampingkan. Namun, bagaimana caranya keluarga yang tidak ideal ini masih bisa menjalankan keempat fungsi di atas?
Mari kita mulai dengan yang Pertama: Bagaimana Keluarga bisa melakukan pelayanan Kasih / diakonia?
Contoh sederhana yang sudah oleh teman-teman dan bisa dilakukan:
1. Bagi sembako dikeluarga yg tdk mampu
2. Pesan lauk jadi IRT yg tdk bs jualan seperti biasa
3. Bantu teman2 beli jualan online nya secara bergantian dalam hal ini lauk atau jajanan online
4. Beli produk multivitamin, bagi2 teman2 yang bergerak dibidang produk herbal
5. Menjahit masker jika Tuhan berkenan Minggu ini akan didistribusikan kebeberapa rumah sakit, hari ini mulai start pengerjaan dirumah2 jemaat
6. Bantu tukang parkir (Memberi makan)
Ini contoh lain yang dibagikan teman saya menghadapi virus corona ini
MEKANISME KORBAN PERSEMBAHAN DI GEREJA RUMAH.
(Pelajari Prinsipnya. Tangkap DNA-nya)
Dalam konsep Kerajaan Sorga, Allah adalah pihak yang begitu besar berkorban bagi anak-anakNya. Dan anak-anak merespon dengan mempersembahkan sebagian dari apa yang sudah diberikan Allah, sebagai rasa syukur dan mengikuti teladan Allah untuk memberi. Saling memberi atau berkorban adalah ciri khas Kasih yang mengikat suatu hubungan. Semuanya tanpa paksaan, penuh sukacita dan kerelaan hati. Artonya, Inisiatif berkorban harus lahir dari diri sendiri, bukan karena aturan, apalagi karena paksaan atau intimidasi.
Dalam konsep keluarga seperti kita ketahui, Ayah dan Ibu masing-masing berkorban untuk anak-anak, menginvestasikan waktu, tenaga, uang, Firman Tuhan dan apapun demi anak2nya nyaman dan mendapatkan hak-hak dasarnya. Tak ada sebersit pun pikiran mereka untuk nanti meminta kembali ketika anak2nya sudah bekerja. Tak ada keinginan para ortu bergantung pada anak-anaknya ketika memasuki masa tua…
Apa yang kita bisa pelajari dari konsep keluarga ini?
Ya, sudah jelas. Allah tidak pernah meminta kita membayar kembali apa yg sudah Allah lakukan untuk kita. Tidak pernah.
Lalu mengapa Allah mengajarkan kita untuk mempersembahkan, berkorban dan memberi? Allah sebenarnya ingin mendidik kita menjadi manusia Kasih seperti DiriNya yang adalah Kasih. Allah sama sekali tidak memerlukan semua persembahan kita. Tapi gaya hidup memberi adalah ekspresi kasih kepada Allah dan sesama. Itulah yang Allah ingin menjadi pusaka hidup kita.
Selama anak-anak belum mandiri, anak-anak tidak wajib bekerja keras supaya bisa memberi kepada Ayah Ibunya. Justru orangtua mereka yang selalu memberi banyak kepada anak2nya.
Alangkah konyolnya jika ada Ayah dan Ibu yg merawat anak2nya supaya mereka mendapat uang bulanan dari anak2nya… itu orangtua macam apa ya?
Jadi, persembahan / pemberian / korban adalah kualitas kasih kita kepada sesama. Bukan pada banyak atau sedikit, tapi pada ketulusan hati.
Mari kita renungkan dan perhatikan bagaimana Persembahan yang biasa kita lakukan. Apakah cocok dengan konsep di atas? Atau justru ada yang selalu menuntut/mengingatkan persembahan dan persepuluhan dari anak-anak rohaninya?
Kita akan ke FUNGSI dari Gereja yang berikutnya KLIK DISINI
Pembahasan topik ini bisa ditemukan di dalam group Whatsapps Kirbat Baru — tetapi sebelum Anda masuk harap baca dan sepakati terlebih dahulu Community Guidelines
Notes: Beberapa komenentar diambil dari diskusi group Kirbat Baru