MARTURIA (MISSION)
Keluarga Melakukan Fungsi MISIONER nya Sebagai Garam dan Terang
Di dalam gereja tentunya harus ada MISI, bagaimana Gereja bisa melakukan Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan sebelum Dia naik ke Surga. Jadikan lah semua bangsa muridKu Matius 28:19
Aksi Kasih (Diakonia) tidak hanya dilakukan ke dalam keluarga sendiri, tetapi juga kepada orang lain yg membutuhkan pertolongan. Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati dalam Lukas 10:30-37 menunjukkan bagaimana BELAS KASIHAN harus menggerakkan fungsi diakonia kepada dunia. Yesus dalam pelayanannya juga bertindak dalam belas kasihan.
Persekutuan (Koinonia) seharusnya tidak hanya menikmati kehadiran Allah, namun juga merefleksikan kehadiran Allah melalui hidup kita bagi dunia yang terhilang. Ketika Perjamua Kudus dilakukan dimana kita mengingat pengorbanan Yesus di Salib, maka kita selalu diingatkan untuk melakukan hal yang sama bagi orang berdosa.
Jadi sebenarnya Gereja Tuhan diarahakan untuk melakukan fungsinya secara utuh untuk melaksanakan Amanat Agung
Matius 28:18-20 (TB)
18. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
19. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20. dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Perenungan:
Kita seringkali tidak beranjak dari Koinonia yang hanya dinikmati di dalam saja. Koinonia sering diganti dengan Ritual, dan terus menerus dipercantik (=dipermewah) dengan biaya2 besar, tanpa membawa dampak yang menghasilkan transformasi masyarakat.
Diakonia kita hanya dipakai untuk yang sudah tercatat sebagai anggota (“orang kita sendiri”) dengan menggunakan ayat Galatia 6:10
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Tapi maafkan saya jika harus berkata, bahwa kemandegan /stuck kita pada diakonia dan koinonia yang HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI itu, sulit terjadi di Gereja Rumah.
Mengapa? Gereja Rumah bersifat praktis. Apa yg diterima dari Tuhan dibawa pada komitmen untuk melakukan dalam hidup sehari-hari. Karena garis besar Alkitab adalah YESUS, maka itulah yang dibumikan dalam hidup mereka.
Apalagi kalau kita adalah seorang gembala/penatua yg mem-fasilitasi Gereja Rumah yg ada, pasti lebih mudah.
Gereja Rumah adalah hal membawa Gereja kepada orang2. Itulah kuncinya.
Kita akan merasa kesulitan jika kita sibuk menarik orang ke gedung gereja.
Apakah salah menarik org “ke gedung gereja”? Ya jelas tidak salah. Namun harus diimbangi dengan aksi membawa gereja kepada orang-orang.
Kita semua pasti sudah banyak belajar tentang amanat agung.
[3:02 AM, 4/3/2020]: Inggrid Edwina
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Matius 9:36
Amanat agung itu menjadi bagian kita yang mengaku memiliki Yesus didalam kehidupanNya. Sama seperti Yesus yang berbelas kasihan melihat banyak orang yang terlantar, itu menjadi panggilan gereja yaitu kita masing-masing untuk memberitakan kepada mereka, orang yang patah hati dan remuk jiwanya bahwa ada pengharapan di dalam Dia (Mazmur 34:18-19). Semua hal ini dapat berbuah dan dilihat ketika gereja bergerak dan berdampak untuk sekitar. Gereja harus ada menjadi perpanjangan tangan Tuhan.
Marturia dan diakonia harus berjalan bersamaan.🙏🏼
Amanat Agung yg digerakkan oleh Belas Kasihan.
INJIL HARUS DIWARTAKAN AGAR MUNCUL IMAN KEPADA YESUS DAN KESELAMATAN TERJADI.
Roma 1:16 (TB) Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
PEMBERITAAN INJIL DISERTAI DENGAN TANDA AJAIB.
Matius 4:23
Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.
INJIL YANG DIBERITAKAN ADALAH INJIL KERAJAAN ALLAH. (Renungkan kembali DNA Kerajaan Allah yg sudah kita bahas). BUKAN INJIL YG LAIN
MISSI MENJADI SALAH SATU PENENTU KEDATANGAN YESUS KEDUA KALI.
(Jika benar bahwa bencana Covid19 ini adalah kegoncangan agar tinggal tetap yg tak tergoncangkan — supaya kita sadar dan kembali ke esensi, saya pikir inilah awal yg baik Gereja Rumah menjadi kuat dan berperan besar dalam fungsi Marturia).
Matius 24:14
Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Saya ingat kisah setelah Kebangkitan Yesus, ada dua org murid Yesus berjalan menuju Emaus dari Yerusalem (Lukas 24:13-35), dan di sepanjang jalan mereka memperbincangkan kebangkitan Yesus.
Dlm perjalanan mereka tiba2 Yesus muncul diantara mereka dan ikut dlm diskusi. Tp murid-muridNya tidak mengenali Dia.
Mata mereka baru terbuka dan sadar bahwa itulah Yesus ketika mereka makan bersama dan Yesus memecahkan roti buat mereka. Tindakan ini mengingatkan mereka pada Yesus dan terbukalah mata mereka.
Dalam ibadah Gereja Rumah kami sekeluarga sehari-hari, anak saya pernah bertanya, “Mengapa orang-orang banyak yang belum selamat padahal keselamatan kan Gratis, kan enak juga kalau dosa kita yang banyak bisa diampuni semuanya oleh Tuhan. Mengapa mereka gak mau ya?”
Saya percaya Tuhan sudah memberikan teladan dan mempercayakan “pemecaham roti” pada keluarga2 bagi orang2 di lingkungan mereka.
Jika setiap keluarga dikembalikan fungsinya sebagai Gereja, saya percaya percepatan penyampaian berita Injil Kerajaan akan terjadi dimana2…
Pertanyaannya:
1. BAGAIMANA FUNGSI MARTURIA TERJADI DALAM Gereja Rumah?
2. APA YG HARUS DILAKUKAN KETIKA JIWA2 DIMENANGKAN?
AMANAT AGUNG dlm Matius 28:18-20 mengandung unsur2 sbb.:
1. Ayat 18 – Yesus memberi dasar jaminan yaitu kemenangan dan otoritas untuk melalukan AA.
2. PERGI – Gereja bergerak keluar. Jika himpunan Gereja Rumah di kelompok yang lebih besar sebagai wadah jejaring, impartasi, saling membangun, dan mengkoordinir strategi, maka dari rumah-rumah orang percaya Garam dan Cahaya Kristus makin dirasakan ke bagian-bagian masyarakat yang tak terjangkau selama ini.
Setiap Keluarga setiap hari begitu aktif bergerak, ke pasar bertemu penjual sayur langganan, bertemu dengan teman-temannya, di dunia kerja / market place, dst… Sumberdaya ini akan efektif dan berdampak dahsyat jika didorong dan dimotivasi untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah.
3. JADIKAN MURID – Lebih jelasnya pergi untuk menjadikan murid.
Pemuridan segala bangsa dilakukan juga untuk orang2 yang belum percaya.
Lukas 10 menjelaskan bagaimana ada keluarga yang belum percaya, sebenarnya sedang mencari Tuhan, hatinya lapar dan haus, meskipun mereka taat dalam menjalankan agamanya. Ketika kita berjumpa dengan mereka dan mereka “menerima salam kita”, merekalah ORANG DAMAI yang bisa kita muridkan. Kita bersahabat dengan mereka, mengunjungi mereka, bercerita tentang soal-soal sehari-hari dan juga hal kekekalan. Dan jangan lupa, MAKAN BERSAMA. Maka sebenarnya kita sedang menuntun mereka mengenal Allah yang selama ini mereka cari…
Masalahnya adalah, ada banyak orang seperti ini, namun kita terlalu sibuk di dalam, dan mereka tidak dimuridkan untuk menerima keselamatan….
4. BAPTISLAH dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.
Pemuridan bertujuan membawa mereka dalam keselamatan. Baptisan adalah deklarasi iman kepada Allah, para saksi, pada diri sendiri dan Setan, bahwa dengan kesadaran dan percaya, kita mengalami penebusan.
5. AJARLAH UNTUK TAAT.
Selanjutnya mereka diajar, dilatih untuk MELAKUKAN Firman. Teori / ilmu yang diterima harus KOMITMEN untuk mempraktekkan Firman itu dalam dunia nyata dan harus secepat mungkin dilakukan. Kalau terlalu lama (misal lebih dr 2 hari) seringkali lupa dilakukan.
Yang diajarkan termasuk bagaimana menjalankan Amanat Agung.
Seperti Orangtua yang mendidik anak-anaknya agar bertumbuh kembang dengan baik, dan setiap orang tua bercita-cita anak-anaknya harus lebih baik dari mereka;
Maka kita juga mendidik anak-anak rohani untuk menjadi menuju kedewasaan.
Kalau berbicara mendewasakan seringkali kita terfokus pada memberi makanan terbaik saja, tanpa diimbangi dengan latihan.
Makanan rohani bergizi memang perlu untuk pertumbuhan, tetapi jika makan terus tanpa bergerak, maka akan obesitas atau kejenuhan.
Seorang Ayah akan melakukan yang terbaik agar anak laki-lakinya kelak menjadi Ayah yang lebih baik, demikian juga seorang Ibu untuk anak perempuannya.
MENGAJAR ORANG UNTUK TAAT, adalah cara terbaik mendewasakan rohani seseorang dan memudahkan dia mengalami Allah dalam hidupnya.
Orang yang suka praktek akan menjadi problem solver, bukan problem maker.
Orang yang praktek akan menemukan masalah-masalah dan fokus untuk menyelesaikannya. Disinilah HIKMAT bertumbuh dalam dirinya. Ia selalu mau mencari jawaban dan menjadi jawaban. Dengan prinsip yang sama jika orang percaya sejak awal dilatih untuk ber-MISI (melakukan fungsi MARTURIA) maka pertumbuhan rohaninya akan melesat dengan cepat. Pemimpin akan melahirkan bakal pemimpin yang lebih baik.
-
Gereja Rumah di rumah, adalah Rumah Doa bagi segala bangsa.
-
Gereja Rumah adalah Rumah Misi.
-
Gereja Rumah adalah pusat kegiatan Keluarga yang melakukan fungsinya ditengah masyarakat.
Mengumpulkan massa/jemaat secara korporat dan terpusat tidaklah salah. Baru menjadi sebuah masalah yang menghambat Amanat Agung jika “Ibadah Raya” sebagai pusat kegiatan Gereja. Pusat kegiatan Gereja seharusnya dipindahkan kepada setiap Keluarga. Para penatua melatih dan mendidik keluarganya, dan kepala-kepala keluarga lainnya untuk menjadi pemimpin di rumahnya yang berdampak pada lingkungannya.
1. Membangun Gereja Keluarga — menjalankan esensi dan fungsi serta tujuan GR. (Itulah sebabnya kita hrs membahasnya lbh dulu di atas). Keluarga (ayah ibu) dilatih utk mandiri dan menyadari sepenuhnya bahwa keluarga mereka adalah Gereja. Pemahaman ttg Gereja hrs ditanamkan secara benar kepada Jemaat.
2. Membangun Komunitas yg terdiri dari beberapa GK/GR dalam wilayah yg berdekatan jaraknya. Usahakan jumlah KKnya tetap dijaga kecil agar persekutuan tetap terjadi, misalnya 3 KK.
3. Jika dlm missinya, lalu salah satu GR memenangkan 1 keluarga tp berjauhan, mk perlu dibuka GK baru yg utk sementara dimentor oleh Keluarga yg mjd “bapak rohaninya”. Dgn demikian terjadi penanaman jemaat GR baru.
4. Antar Komunitas bisa membangun jejaring /network supaya saling mendukung dalam gerakan.
[6:10 AM, 4/4/2020]: Joseph L
Ada bbrp hal yg Gereja model skrg ini harus beradaptasi :
1. Ibadah mingguan.
mau tidak mau para pendeta/gembala menekankan bahwa ibadah TIDAK HARUS digedung Gereja, FATWA baru bahwa ibadah online/dirumah itu SAH ,TIDAK HARAM…..jadi ini merombak apa yg selama ini sdh dibangun, jadi beribadah TIDAK HARUS DI GEDUNG KHUSUS.
2. Liturgi Ibadah,akhirnya liturgi/tata cara ibadah maupun sakramen2 juga beradaptasi, menyesuaikan dg keadaan. TIDAK DIBUTUHKAN tata cara dlm ibadah keluarga di rumah2, yg PENTING QUALITY TIME…..
3. TIDAK ADA LAGI PERPULUHAN, KOLEKTE 1 , 2 dan Persembahan KHUSUS utk pembangunan, alat musik,layar LED dll.
4. PENGAJARAN 2 kembali kepada Alkitab secara murni. Banyak doktrin2 yg tdk murni skrg lumpuh. stlh ini tdk akan banyak khotbah kalau tdk ibadah ke gedung gereja berdosa/bisa dpt masalah. ttg perpuluhan dan persembahan, mujizat dll.
Yang tak tergoncangkan adalah :
-
Arti/ Makna GEREJA sebenarnya.
-
Bagaimana seharusnya kita beribadah.
-
Apa yang Gereja harus Lakukan.
-
Apa Kehendak Tuhan atas GerejaNYA.
itu pendapat saya
Apa yg disampaikan pak Joseph mulai mengarah pada Transformasi Struktur pada IBADAH RAYA MINGGUAN di gedung.
Memikirkan hal ini kita harus melandasi pemikiran kita secara jernih. Bukan berarti ibadah raya di gedung tidak perlu, malah saya masih menganggap perlu. Perlu dalam pemanfaatannya untuk mobilisasi pergerakan missi amanat agung. Perlu untuk gerakan doa. Perlu untuk impartasi visi dari tim kepemimpinan gereja, bukan dengan maksud penyeragaman tapi memberi arah untuk tetap dalam nilai esensial.
Kita juga harus memikirkan sungguh-sungguh, bahwa ujian terhadap gereja akan terus terjadi dengan maksud pemurnian.
Ternyata Ibadah Raya di gedung SANGAT RAPUH, dalam pengertian MUDAH DITUTUP. Jika aniaya terjadi, pembakaran & perusakan gedung gereja kita, gembala dibunuh atau meninggal dunia, dan bencana Covid19 spt ini, maka ibadah gedung gereja harus libur. Jika kita tidak membangun esensi gereja sekarang buat keluarga2 itu maka kita sungguh mengalami kebingungan.
Tidak heran jika menghadapi covid19 contohnya, kemudian ada institusi gereja yang tetap memaksa jemaat untuk ibadah gedung, ada pro kontra ibadah online (kasihan yg tidak bisa beli paket data…), ada pendeta youtuber, ajaran2 sesat bermunculan, dll.
Bagaimana yg selama ini sudah praktek Gereja Rumah? Atau sudah menyiapkan jemaat menghadapi semua hal di atas? Ya tenang saja… karna memang mereka tidak tergoncangkan dengan situasi ini. Mereka sudah punya modelnya. Mereka sudah menghidupi itu sehari2….
Mestinya kita harus banyak belajar dari mereka yg sudah menjalani Gereja Rumah sebagai pusat ibadahnya.
Pandemi Covid19 ini Tuhan mengajarkan hal-hal penting bagi gerejaNya:
1. Kembali ke esensi
2. Pemulihan Keluarga
3. Transformasi struktur dlm institusi gereja menjadi Gereja seperti yg mau dibangun oleh Kristus.
4. Pemurnian Pengajaran
Jika demikian, apakah gedung masih diperlukan? Gedung masih perlu untuk insidentil menurut saya. Mobilisasi dalam gedung dengan keadaan covid19 atau sejenisnya juga tidak bisa. Kalau lihat esensi Gereja Rumah, mobilisasi seharusnya lewat Gereja Rumah juga dari jawatan ke para Bapa2 Rohani, dr Bapa2 ke anak2nya / keluarga.
Transformasi ini perlu segera dipikirkan oleh para pemimpin dalam institusi gereja masing-masing agar apabila goncangan semacam ini atau yg lebih dahsyat terjadi, maka jemaat siap.
ILUSTRASI GAJAH dan SEMUT.
GAJAH
Gajah adalah binatang herbivora berukuran besar. Mereka hidup bergerombol terutama gajah betina dan anak-anaknya dan ada betina-betina lain yang adalah masih merupakan kerabat mereka. Si jantan dewasa sering bergerombol dengan jantan-jantan lainnya sampai masa pubertas.
Masa kehamilan induk gajah paling lama diantara mamalia darat, 22 bulan, untuk melahirkan seekor bayi gajah dengan bobot mencapai 117kg. Gajah mudah mengalami KEPUNAHAN apabila tidak ada larangan untuk berburu gading. Habitat gajah juga hanya ada di tempat2 tertentu di dunia.
Gajah menggambarkan Gereja berukuran besar dan suka bergerombol. Tingkat pertumbuhannya mengandalkan KKR dan Iklan-iklan dengan pembicara-pembicara hebat… Tapi terbukti, pertumbuhan jumlah jiwa2 baru (bukan jiwa pindahan dr gereja lain maksud saya) sangat sedikit untuk waktu yang lama. Gereja Besar juga mudah hancur karena perpecahan, aniaya, wabah, internet rusak/down.
Gereja besar tidak fleksibel dan cenderung hanya untuk kelas menengah ke atas, dan sulit masuk ke gang-gang kecil di tempat kumuh.
SEMUT
Binatang kecil dengan habitat yang bisa berubah-rubah dan ada dimana-mana. Memang dipimpin oleh Ratu Semut, tapi pengorganisasian diri dan komunitas mereka sangat rapi, karna masing-masing semut disiplin dengan diri mereka sendiri.
Satu sarang semut mungkin bisa dihancurkan, tetapi kita tidak pernah tahu sarang-sarang mereka lainnya. Semut sulit mengalami kepunahan. Karena cepat sekali mereka menetaskan semut2 Ratu yang baru dan masing-masing akan membuat koloni-koloni baru. Multiplikasinya gila2an…
Silakan pilih mau jadi Gereja Gajah atau Gereja Semut?
[12:31 PM, 4/4/2020]: Desy Sirait
Bgm caranya untuk mengembangkan kelompok 3 KK suami istri anak,menjadi kelompok 5,7,9 dstnya sehingga bisa JADI gereja semut, konkretnya yang penting dan biar lebih semua faham bahasanya, jangan terlalu seminar sehingga yang awam non akademik bisa cepat mengerti seperti bahasa yang Yesus pakai
1 Keluarga sudah bisa disebut bergereja di rumah setiap hari. Sebenarnya ini sudah esensi. Tapi untuk menjalankan fungsi-fungsinya bisa berjejaring.
Misalnya seperti ini:
Pasti ada di sekitar mereka yang berdekatan juga melakukan hal yang sama. Atur pertemuan dengan Gereja Rumah lain misalnya ketemuan 3 Gereja Rumah. Seluruh keluarga diajak ketemuan di salah satu rumah Gereja Rumah (anak-anak, ibu, bapak). Waktunya sesuai kesepakatan saja, bisa mingguan, bisa hari libur, pokoknya fleksibel.
Kegiatannya ya ada nyanyi bersama, sharing Firman (diambil dari sehari-hari yang mereka dapatkan), ada games… semua bisa menikmati. Dan jangan lupa makan bersama sebagai Perjamuan Kudus.
Jika jejaring kecil ini sudah terbentuk, maka pasti akan mudah meluas. Ada keluarga-keluarga lain yang mau bergabung.
Kepala Keluarga yang baru mau bergabung dimentor untuk Gereja Rumahnya dibangun dulu. Mentornya adalah Keluarga yang memenangkan Kepala Keluarga baru tersebut.
Jika lokasinya berdekatan, maka kelompok 3 Kepala Keluarga tadi sebaiknya membelah menjadi 2 kelompok masing-masing 2 Kepala Keluarga, demikian seterusnya.
Harap dipertahankan UKURAN KECIL supaya persekutuan tetap kuat.
Kalau Kepala Keluarga yang baru lokasinya jauh, maka harus membangun komunitas jejaring di lokasi/oikos itu dengan basis Kepala Keluarga baru itu.
Kalau untuk institusi Gereja dengan Jemaat yang sudah banyak jumlahnya, misalnya 300 orang; saya pikir perlu dilakukan pemetaan dimana saja lokasi rumah masing-masing Kepala Keluarga.
Ayah-ibu yg sudah dilatih diberi wewenang, didoakan untuk menjadi imam-imam Kerajaan Allah di rumah mereka masing-masing.
Lalu, masing-masing Gereja Rumah dijaringkan seperti pola diatas dengan melihat peta tersebut.
Untuk jemaat pemuda yang tidak bersama orangtuanya (misalnya karna kerja merantau dan kost), bisa diadopsi oleh keluarga yang lokasinya terdekat atau dibentuk komunitas sendiri sesama anak kost misalnya….
Ketika kita mendapatkan jiwa baru, kita ikuti petunjuk Amanat Agung. Berarti kalau jiwa baru ini (sudah dibaptis berati sudah declare bahwa dia beriman pada Yesus), maka langkah berikutnya DIAJAR UNTUK TAAT.
Yang membawa dia kepada Kristus mulai berfungsi sebagai bapak rohani buat dia. Ajari dia mengalami dan mempraktekkan persekutuan, tindakan kasih, bahkan penginjilan/kesaksian iman, dan didik dalam pengajaran yang langsung praktek. Baik bapak rohani maupun jiwa baru akan sama-sama bertumbuh, apalagi jika langsung praktek Firman dan kesaksian iman.
Jadi, lebih perlu dibawa dalam pem”bapa”an. Kalau soal dibawa ke gereja itu per kasus. Jika dari background tertentu, jika individu, (bukan suami-istri/sekeluarga) lebih baik tidak langsung dibawa ke gedung gereja.
Kenapa? Karna gedung gereja membuat di terpisah dari komunitas awalnya dan sulit menjadi pemberita Injil yang efektif. Langsung ada jurang pemisah dengan komunitasnya (dan mungkin juga keluarganya). Jika jiwa baru itu sekeluarga (suami istri), maka dibuatkan gereja dalam keluarganya. Kita yang datang kepada mereka.
Biarlah hikmat Tuhan menuntun kita melakukan hal ini.
Kita akan ke FUNGSI dari Gereja yang berikutnya KLIK DISINI
Pembahasan topik ini bisa ditemukan di dalam group Whatsapps Kirbat Baru — tetapi sebelum Anda masuk harap baca dan sepakati terlebih dahulu Community Guidelines
Notes: Beberapa komenentar diambil dari diskusi group Kirbat Baru